14-11-2012
Berdesis, seperti terkungkung dalam tempurung dan hanya ada
satu suara yang senantiasa berbisik. Indah, saya selalu mendengar desisannya.
Indah, bukan.. namanya bukan indah, saya hanya suka desisannya. Terkadang apa
yang berdesis, sebenarnya sama seperti yang saya rasakan. Saya suka, saya suka
mendengar desisannya. Ketikan terpejam, desisan itu membuat saya tersenyum
dalam tidur saya. Desis itu, yah desis itu. Indah. Saya suka. Desis, dia
bersuara kalau saya sempurna. Bahkan terlalu sempurna. Dia bilang “saya hanya
bisa berdesis tak akan bisa menjangkau anda.” Dan desis itu selalu ada disetiap
saya lengah. Sekuat apapun saya menolak desisan itu, apa ini datang dalam diri
saya? Atau hanya khayalan bawah sadar? Atau mungkin berasal dari sesuatu yang
tidak bisa kita jangkau sebelumnya tapi sangat kita harapkan?
Sayapun ingin berdesis, berdesis disetiap telinga orang yang
saya takjubkan. Agar orang-orang itu tahu, sakitnya mereka mendengar desisan
itu. Kesesakan untuk menahan mendengar
desisan itu. Iya . Saya ingin berdesis ditelinganya desisan itu. Agar dia
berhenti menyakiti dirinya untuk terus berdesis dibelakang saya, sebelah saya
ataupun diatas saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar